Sore itu, anak-anak kecil membawa tas berlarian dengan penuh
tawa dan semangat. Mereka saling memainkan canda sambil memasuki sebuah tempat. Satu
per satu datang dan akhirnya berkumpullah semua. Suasana saat itu pun
diramaikan oleh canda dan gurau, kemudian 3 orang wanita berjilbab datang dan
memasuki rumah tersebut. Mereka menenangkan suasana yang gaduh, Salaaman, anak-anak pun
menjawab, Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh, semua pun diawali
dengan do’a.
Hmm, lantunan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdengar serempak
menyelubungi setiap celah ruang dan suasana di tempat itu. Anak-anak kecil itu
adalah tunas-tunas umat yang tumbuh setiap pergantian masa. Terdengar sorakan
semangat dan gembira yang menghiasi setiap hiruk pikuk irama dan nada bacaan.
Aku berkata pada diriku “Ya, aku pernah merasakan tempat yang sama disana”.
|
TPA Baitul Hamid |
TPA Baitul Hamid adalah lembaga pendidikan Al-Qur’an naungan
Musholla Waqof Baitul Hamid. Terletak disebelah barat musholla, Jl. Pabrik Kulit
No. 28 C Wonocolo 5 Utara Surabaya. Pukul 16:00 WIB sampai pukul 17:00 WIB
adalah jadwal proses belajar mengajar. Tahun 2010 aku mulai mengajar disana, aku
mempunyai banyak kisah disana, aku mendapatkan banyak ilmu yang mungkin tidak
aku dapat dalam pelajaran-pelajaran sekolah formal. Kenangan itu masih saja
melekat di hati dan tak kan pernah bisa kulupakan.
Ada yang mengatakan bahwa mendidik anak-anak kecil bisa
membuat awet muda. Mungkin itu ada benarnya, setiap hari selalu bermandi
senyum, canda, dan gurau. Mendidik anak-anak kecil harus pandai-pandai
mengikuti alur pikir mereka dan jelas harus diimbangi dengan banyak canda.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa mendidik anak-anak kecil bisa melatih
kesabaran. Sabar dalam mengajar, sabar dalam emosi, sabar lagi dan lagi.
|
Santri Al-Qur'an TPA Baitul Hamid |
Ya, aku sayang mereka semua, aku menganggap mereka seolah
adikku sendiri. Aku senang saat melihat canda tawa mereka, seolah-olah satu per
satu masalah yang ada pada pikiran hilang. Aku rindu saat-saat seperti itu, aku
hanya bisa mengenang kenangan indah itu. Meski hanya sebentar, aku sangat
merasa nyaman dan dekat dengan mereka.
Aku gagal menyelamatkan diriku dan aku gagal mendidik murid-muridku.
Aku tak pernah menyalahkan waktu dan keadaan, semua sudah tertulis dalam papan
yang terjaga disana. Aku hanya menyalahkan diriku atas keputusan bodohku. Rabu
20 Februari 2013, aku meninggalkan TPA meski dengan sangat berat hati. Ya, dua
pilihan sulit yang berlawanan, mencari kerja karena saat itu aku telah lulus
kuliah atau tetap mengajar mereka, aku berusaha untuk tidak menyesalinya. Kini,
apa yang harus dijalani tetaplah harus dijalani. Aku hanya berharap agar mereka menjadi tunas-tunas muda yang peduli dan memperhatikan agama, taat dan patuh pada agama, dan bisa memperjuangkan agama ini sebagai penerus atas kegagalanku.
Terima kasih Pak Rozak atas bimbingan dan perhatiannya,
terima kasih para ustadzah atas waktunya, terima kasih semua santri atas
semuanya. Maafkan diriku atas kebodohan dan salahku selama aku disana, dan yang
terakhir terima kasih TPA Baitul hamid.
|
Santri Al-Qur'an |
|
Santri Al-Qur'an |
|
Kerja Bakti Hari Minggu |
|
Kerja Bakti Hari Minggu |
|
Kelas Atas |
|
Kelas Bawah |
إرسال تعليق