Semangkok Indomie Goreng dan Segelas Es Marimas

Diawali pada sore hari itu, aku tidak begitu mengenalnya dan begitu juga dia. Kami tidak saling menyapa saat bertemu, aku hanya mengetahui bahwa dia adalah santri Pondok Pesantren An-Nuriyyah Wonocolo Surabaya, sebuah pondok putri yang berdekatan dengan Musholla Baitul Hamid. Ya, sudah menjadi sifatku yang selalu cuek saat bertemu gadis yang tidak aku kenal. Aku tidak menyangka itulah awal aku mengenalnya, seorang gadis Madura, mahasiswi IAIN Fakultas Dakwah angkatan 2007. Dia adalah gadis yang baik, sederhana, polos, pemurah, dan pandai.

Sore itu aku duduk-duduk di bangku depan warung ijo, bersantai dan bercanda ria bersama temen-temanku. Tiba-tiba, Mbak Lis membawakan semangkok indomie goreng dan segelas es marimas. Aku hanya bingung dan merasa tidak memesannya, kemudian Mbak Lis pun memberitahuku bahwa seorang anak pondok yang membelikannya untukku. Wajahku memerah karena malu, ini pertama kalinya ada seorang gadis yang bersikap seperti ini padaku.

Sejak saat itu, ia sering membelikanku semangkok mie dan segelas es marimas dan terkadang makanan-makanan ringan. Teman-temanku mengira bahwa ia suka padaku, tapi aku hanya merasa ia melakukan hal itu karena kasihan terhadapku dan itu membuatku semakin sungkan padanya. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan terkadang aku juga rindu seorang kakak yang menaungiku. Aku menganggapnya sebagai kakak perempuanku sendiri.

Hah..karena hal itu, setiap kali aku bertemu dengannya aku selalu menghindar. Bukan karena aku benci atau tak menghiraukannya, tetapi aku sangat malu padanya, bahkan aku tidak sempat mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Ya, dia begitu baik padaku namun aku hanya bersikap bodoh seolah mengabaikannya. Sampai saat ini aku tidak bisa membalas kebaikannya, kini waktu dan jarak telah memisahkan pertemuan kita dan entah dimana dia saat ini.

Aku berharap suatu saat ia membaca seklumit goresan tinta hitam ini. Aku ingin menyampaikan apa yang tidak bisa aku sampaikan waktu itu. Kapan pun dan dimana pun dia berada, aku mohon maaf tidak bisa membalas kebaikan itu, juga atas kebodohanku. Aku hanya beruntung ada gadis yang mau memperhatikanku. Terima kasih Mbak Su'adah atas kebaikan yang kamu berikan, semoga Allah membalasnya dengan balasan yang lebih baik di dunia ini dan di akhirat nanti. 

Post a Comment

Previous Post Next Post