Warung Ijo

Kala aku mulai menari oleh musik kehidupan, tiap nada dan iramanya mampu menghanyutkan pikiran. Menjalani kehidupan terkadang terasa agak rumit dan terkadang juga kunikmati hal itu. Selama masih bisa melangkah, mensyukuri apa yang ada adalah hal yang harus dilakukan. Meski hari terus berganti dan umur semakin menua, tak ada salahnya tuk mencoba menikmati apa yang ada saat ini.

Warung Ijo
Warung Ijo adalah sebuah warung kecil milik Pak Salim warga RT. 05 Wonocolo 5 Utara Surabaya. Ya, tiada hari yang kulewatkan selain nyangkruk di tempat itu. Sebatang rokok surya dan Segelas kopi ABC Moccapun menemani hiruk pikuk waktu luangku. Bersama teman-teman yang terkadang konyol dan kocak, kami menikmati canda tawa dan nonton TV bersama. Sebagai seorang pengangguran, seolah tak ada waktu yang nyaman selain nyangkruk di warung dengan memesan segelas kopi dan sebatang rokok. "Hah, beginilah kehidupan dan nikmati saja karena hidup cuma satu kali", mungkin begitulah prinsip seorang pemalas....hehehehe."

Foto Mbak Lis
Mak Lis, beliau adalah istri Pak Salim, menjaga dan melayani pelanggan di warung tersebut di kala siang hingga menjelang petang. Huft, beliau adalah orang yang baik, humoris, dan menyenangkan. Tak ada warga di kampung ini yang tidak mengenal beliau. Jika aku memesan mie sedaap matang di saat siang atau sore, beliau selalu menawarkan nasi (gratis) karena beliau tahu aku belum makan seharian. Kan kukenang kebaikan beliau yang penuh keikhlasan, aku hanya mampu mengucapkan terima kasih.

Suasana di kala malam
Kala petang telah menjelang, sehabis waktu isya', rasanya tak enak tanpa pergi ke warung ijo. Bersama kak Yanto, kak Cahyo, gus Zaki, kak Antok (bos bajoel), dan temen-temen lainnya, warusng ijo selalu diramaikan oleh mereka. Menghisap sebatang rokok surya sambil meminum kopi ABC mocca menjadi hal yang terbiasa, diiringi dengan acara bioskop Trans TV dan OVJ sambil menikmati canda dan tawa, seolah aku ingin hidup seribu tahun lagi. Itu semua memang mampu menghilangkan kejenuhan pikiran

Tiap akhir bulan, tak kunjung diriku hutang karena tipisnya persediaan hidup. Pak Salim dan Mbak Lis pun memahaminya, meski terkadang aku memesan kopi tanpa membayar. Namun aku masih menghitung sendiri semua yang telah aku pesan dan membayarnya saat aku sudah ada uang. Aku pun sering meminjam sepeda ontel Pak Salim dan meminjamnya selama berhari-hari. Mereka begitu baik padaku, hanya saja aku belum bisa membalas kebaikan itu, mungkin hanya doa yang mampu kulakukan.

Terima kasih Mbak Lis dan Pak Salim atas semua kebaikan yang telah diberikan padaku, aku hanya bisa mendo'akan semoga Allah membalas dengan balasan yang lebih baik. Terima kasih temen-temen, canda dan tawa kalian......!!!

Post a Comment

Previous Post Next Post