اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا
(الاية)
“Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu
agamamu, dan telah aku sempurnakan pula kepadamu nikmatku, dan aku ridlo islam
menjadi agama bagimu”
Diceritakan
bahwa ayat tersebut turun setelah ashar pada hari jum’at di tanah Arofah,
ketika itu Rosulullah SAW sedang wukuf di Arofah berada di atas unta dalam
melaksanakan haji wada’. Dan setelah turunnya ayat tersebut, syari’at ajaran
islam telah sempurna dan mencapai puncaknya serta tidak turun lagi perintah
untuk menjalankan kewajiban. Ketika turun ayat tersebut, Rosulullah SAW tidak
kuasa dalam memperhatikan makna ayat tersebut. Beliau turun dari unta dan
bersandar pada unta beliau yang sedang duduk. Kemudian Malaikat Jibril datang
menemui beliau dan berkata “Wahai Muhammad, pada hari ini telah sempurna
urusan agamamu dan telah terputus apa yang diperintahkan tuhanmu kepadamu serta
apa yang dilarang-Nya, maka kumpulkanlah para sahabatmu dan beritakan kepada
mereka bahwa sesungguhnya aku tidak akan diberikan perintah setelah hari ini !”.
Setelah
Rosulullah SAW telah selesai mengerjakan haji wada’, beliau segera pulang ke
kota Madinah dan mengumpulkan para sahabat. Beliau membacakan wahyu yang telah
diturunkan di kala melaksanakan haji wada’ dan memberitakan kepada mereka atas
apa yang telah disampaikan Malaikat Jibril. Mendengar hal tersebut, para
sahabat sangat senang dan gembira,dengan penuh sorak ceria mereka berkata “Telah
sempurna agama kita !!!”. Namun mendengar apa yang telah Rosulullah
beritakan, sahabat Abu Bakar sangat prihatin. Beliau pulang ke rumahnya dan
mengunci pintu rumahnya, disana beliau menangis tersedu-sedu sepanjang siang
dan malam.
Saat
para sahabat mendengar demikian, mereka berkumpul dan menemui sahabat Abu Bakar.
Mereka bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menangis dalam kesempatan
yang penuh kebahagiaan dan kegembiraan ini, karena sesungguhnya Allah telah
menyempurnakan agama kita ?”. Sahabat Abu Bakar pun menjawab “Wahai para
sahabat, kalian tidak tahu musibah yang akan menimpa kita. Apakah kalian tidak
pernah mendengar bahwa sesungguhnya jika suatu perkara telah mencapai
kesempurnaan maka akan tampak kekurangannya. Dan ayat ini memberitakan tentang
terpecah belahnya kita, tentang hasan dan husain yang akan menjadi anak yatim,
tentang istri-istri Rosulullah yang akan menjadi janda”. Mendengar
demikian, para sahabat menangis dengan keras sehingga para sahabat lainnya
mendengar tangisan itu dari kamar sahabat Abu Bakar. Mereka segera menemui
Rosulullah dan berkata “Wahai Rosulullah, kami tidak mengetahui apa yang
terjadi selain hanya mendengar tangisan keras para sahabat dari arah rumah
sahabat Abu Bakar”. Raut wajah Rosulullah pun berubah, beliau segera
bergegas menemui mereka.
Sesampainya
disana Rosulullah bertanya “Apa yang membuat kalian menangis ?”. Sahabat
Ali bin Abi Tholib pun menjawab “Sesungguhnya Abu Bakar berkata bahwa aku memahami
ayat ini (ayat di atas) sebagai wafatnya Rosulullah, apakah ayat ini
mengisyaratkan wafatnya Engkau ?”. Kemudian Rosulullah berkata “Benar
apa yang dikatakan Abu Bakar, ayat ini menunjukkan tentang kericuhan diantara
kamu sekalian, dan tentang perpisahanku kepada kamu sekalian”. Ini menunjukkan
bahwa sahabat Abu Bakar lebih mengerti dan memahami daripada sahabat lainnya.
Ketika
sahabat Abu Bakar mendengarnya, beliau berteriak keras dan tersungkur menutup
wajahnya. Sahabat Ali bin Abi Tholib pun demikian, beliau gemetar begitu pula
dengan para sahabat lainnya. Mereka semua ketakutan dan menangis dengan keras
sehingga menangis pula gunung-gunung, batu-batu, dan para malaikat di langit
serta menangis pula cacing, hewan-hewan darat dan laut. Kemudian Rosulullah SAW
berjabat tangan dengan para sahabat satu persatu, sambil menangis beliau pun
meninggalkan mereka. Sejak turunnya ayat di atas. Rosulullah masih menjalani
kehidupan selama 80 hari.
Diberitakan
bahwa ketika turunnya ayat berikut :
يستفتونك قل الله يفتيكم في الكلالة
Sejak
turunnya ayat di atas, Rosulullah masih menjalani kehidupan selama 50 hari.
Ketika turunnya ayat berikut :
لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين
رئوف الرحيم
Sejak
turunnya ayat di atas, Rosulullah masih menjalani kehidupan selama 35 hari.
Ketika turunnya ayat berikut :
واتقوا يوما ترجعون فيه الى الله...الخ
Sejak
turunnya ayat di atas, Rosulullah masih menjalani kehidupan selama 21 hari.
Ayat tersebut adalah wahyu terakhir yang diturunkan Allah kepada Rosulullah
SAW.
Sesaat
setelah turunnya ayat tersebut, pada suatu hari Rosulullah SAW berkhutbah di
atas mimbar. Air mata para sahabat berlinang di atas pipi mereka, hati mereka
lemas dan luluh, dan badan mereka gemetar seolah ketakutan. Rosulullah
memberikan khutbah tentang berita baik dan memberi mereka peringatan. Baca
kisah kelanjutan paragraf ini di DISINI (Cerita Rosulullah Menghukum Dirinya).
Ibnu
Mas’ud berkata : Saat menjelang wafat Rosulullah SAW, para sahabat berkumpul di
rumah Aisyah. Rosulullah yang melihat kepada para sahabat berkumpul didekat beliau
dan menjenguk beliau, menangis dan berkata “Selamat datang kamu sekalian,
semoga Allah selalu memberikan rohmat-Nya kepada kamu sekalian. Aku berwasiat
kepada kamu sekalian untuk bertaqwa kepada Allah dan ta’at kepada-Nya. Telah
dekat perpisahanku dan telah dekat pula hatiku kepada Allah dan surga “ma’wa”.
Saat aku meninggal nanti hendaklah Ali bin Abi Tholib yang memandikanku sedangkan
Al-Fadl bin Abbas dan Usamah bin Zaid menyiramkan airnya. Kemudian kafani aku dengan pakaianku jika
kamu mau atau kain putih yaman. Ketika kamu memandikanku, maka baringkan aku
pada tempat tidur di dalam rumahku, ini adalah liang kuburku. Kemudian keluarlah
kalian dariku sejenak, maka yang pertama kali menyolatiku adalah Allah Azza Wa
Jalla, kemudian Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, Malaikat Isrofil, Malaikat
Maut berserta tentara-tentaranya, kemudian malaikat-malaikat lainnya. Lalu
masuklah kalian secara berkelompok-kelompok dan sholatilah aku.”.
Ketika
para sahabat mendengar kalimat perpisahan Rosulullah SAW, mereka semakin
berteriak dan menangis keras. Mereka berkata “Wahai Rosulullah, Engkau
adalah rosul kami, penyatu kami, dan berkuasa atas urusan kami. Jika Engkau
pergi meninggalkan kami, maka kepada siapa kami akan mengembalikan urusan kami
???”. Kemudian Rosulullah SAW menjawab “Aku meninggalkan kamu sekalian
di atas hujjah dan jalan yang putih. Dan aku meninggalkan kamu sekalian 2
perkara yang bisa memberikan nasehat, yakni Al-Qur’an dan kematian. Jika kamu
menemui perkara yang tidak jelas, maka kembalikan kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Dan jika hatimu keras maka hendaklah luluhkan dengan mengambil
pelajaran dalam hal kematian”. Rosulullah SAW masih bertahan dalam sakitnya
di akhir Bulan Shofar sampai beliau wafat.
Rosulullah
SAW sakit selama 12 hari dan selama itu pula para sahabat silih berganti
menjenguk beliau. Pada waktu subuh di Hari Senin, sakit yang diderita
Rosulullah semakin parah. Saat itu sahabat Bilal bin Robakh mengumandangkan
adzan subuh, seusai adzan ia berdiri di depan pintu rumah Rosulullah SAW dan
berkata “Assalamu alaika ya Rosulullah, semoga kesejahteraan tetap
terlimpahkan kepadamu Wahai Rosulullah !”. Kemudian Fatimah, putri
Rosulullah SAW berkata “Sesungguhnya Rosulullah berjuang menahan dirinya”.
Sahabat Bilal pun kembali memasuki masjid sedangkan ia tidak faham atas apa
yang diucapkan oleh Fatimah.
Ketika
waktu subuh mulai tergeser, sahabat Bilal datang dan berdiri di depan pintu
rumah Rosulullah untuk kedua kalinya, Fatimah pun mengatakan seperti
sebelumnya. Namun Rosulullah SAW mendengar perkataan sahabat Bilal, beliau
berkata “Wahai Bilal, sesungguhnya aku sedang berjuang dengan diriku dan
menahan sakitku. Wahai Bilal, suruhlah Abu Bakar untuk memimpin sholat
berjama’ah !”. Sahabat Bilal dengan menangis dan memegang kepalanya pergi
menemui sahabat Abu Bakar sambil berkata”Aduh, sesuatu yang telah menimpaku,
telah terputus harapan dan telah hancur sandaran, andai ibuku tidak
melahirkanku !!!”. Sahabat Bilal segera memasuki masjid dan menemui sahabat
Abu Bakar seraya berkata “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Rosulullah
menyuruhmu untuk memimpin sholat berjama’ah, Rosulullah sedang berjuang menahan
dirinya !”. Sahabat Abu Bakar memandang ke tempat imam tanpa kehadiran
Rosulullah SAW, beliau merasa tidak pantas untuk memimpin sholat. Kemudian
beliau berteriak menangis dan tersungkur menutupi wajahnya dan disusul pula
teriak tangis para sahabat sehingga suasana masjid dipenuhi dengan tangis dan
duka.
Rosulullah
pun mendengar teriak tangis para sahabat di dalam masjid dan berkata “Wahai
Fatimah, apa teriakan dan tangis ini ?”. Dengan penuh duka Fatimah pun menjawab
“Para kaum muslimin menangis karena ketidakhadiran Engkau dari mereka !”.
Kemudian Rosulullah SAW memanggil sahabat Ali bin Abi Tholib dan sahabat
Al-Fadl bin Abbas untuk menuntut beliau menuju masjid. Dengan melangkah
perlahan Rosulullah menyandarkan diri pada kedua sahabat tersebut, beliau pergi
menuju masjid dan melaksanakan 2 rokaat sholat subuh berjama’ah yang dipimpin
oleh sahabat Abu Bakar. Seusai sholat, Rosulullah memalingkan wajah ke arah
para sahabat dan memberikan salam perpisahan kepada semua “Wahai golongan
orang muslimin, kamu sekalian berada dalam perpisahanku menuju Allah dan semoga
pertolongan-Nya selalu tercurahkan kepada kamu sekalian dengan taqwa dan ta’at
kepada-Nya. Maka sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia, hari ini adalah hari
pertamaku di akhirat dan hari terakhirku di dunia”. Kemudian beliau berdiri
dan kembali ke rumah beliau, sedangkan para sahabat tanpa henti-hentinya
meneteskan air mata.
Ketika
itu Allah memberikan wahyu kepada Malaikat Izroil, sang malaikat maut, untuk
turun ke dunia menemui Rosulullah dengan sebagus-bagus bentuk dan mencabut ruh
Rosulullah dengan penuh kelembutan “Jika Muhammad mengizinkan kamu masuk,
maka masuklah. Tetapi jika ia tidak mengizinkanmu masuk, maka jangan kamu masuk
dan kembalilah !”. Kemudian Malaikat Maut segera turun ke dunia dengan
bentuk seorang a’robiy (orang arab dari kalangan desa). Sesampai di
rumah Rosulullah, ia mengucapkan salam “Assalamu’alaikum wahai penghuni
rumah kenabian dan tempat risalah, apakah aku boleh masuk ?”. Fatimah pun menjawab
“Wahai hamba Allah, sesungguhnya Rosulullah sedang bertahan dengan dirinya dalam sakit”. Kemudian Malaikat
Maut mengucapkan salam untuk kedua kalinya “Assalamu’alaikum wahai
Rosulullah, wahai penghuni rumah kenabian, apakah aku boleh masuk ?”. Rosulullah
pun mendengarnya dan berkata “Wahai Fatimah, siapa yang ada di depan pintu ?”,
Fatimah menjawab “Seorang a’robiy yang memangil, kemudian aku mengatakan
bahwa rosulullah sedang sakit”. Malaikat Maut pun mengucapkan salam untuk
ketiga kalinya dan Fatimah mengatakan hal yang sama.
Ketika
orang tersebut memandang Fatimah dengan pandangan yang tajam. Fatimah merasa
gemetar, ketakutan, berdebar-debar, dan mukanya pun pucat. Rosulullah berkata “Apakah
kamu mengetahui siapa dia wahai Fatimah ?”. Fatimah menjawab “Tidak”.
Rosulullah SAW pun menjelaskan “Dia adalah orang yang merusak kenikmatan,
pemutus kesenangan, pemecah perkumpulan, peruntuh rumah (peroboh kehidupan di
dunia), dan peramai alam kubur”. Mendengar demikian, Fatimah berteriak
menangis dan berkata “Aduh celaka aku atas kematian penutup para nabi, aduh
musibah yang menimpaku atas kematian sebaik-baik orang yang bertaqwa dan atas
terputusnya pemimpin orang-orang yang bersih, aduh kerugian bagiku atas
terputusnya wahyu dari langit, telah terhalang pada hari ini suaramu dan aku
tidak bisa mendengar salammu setelah hari ini”. Rosulullah pun berkata “Wahai
Fatimah, janganlah kamu menangis karena sesungguhnya kamu adalah keluarga
pertama yang akan menyusulku”.
Rosulullah
pun berkata “Masuklah wahai Malaikat Maut !”. Kemudian Malaikat Maut
memasuki rumah dan kamar Rosulullah SAW. Rosulullah SAW bertanya “Wahai
Malaikat Maut, apakah kamu datang untuk berkunjung atau mencabut nyawa ?”.
Malaikat Maut pun menjawab “Aku datang untuk berkunjung dan untuk mencabut
nyawamu jika Engkau mengizinkanku, jika tidak aku akan kembali”. Rosulullah
SAW bertanya lagi “Dimana kamu meninggalkan Malaikat Jibril ?”. Malaikat
Maut menjawab “Aku meninggalkannya di langit dunia, sedangkan para malaikat
memuliakannya”.
Tak
lewat sesaat, Malaikat Jibril turun dan duduk di samping Rosulullah SAW.
Kemudian Rosulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril “Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa urusanku telah dekat ?”. Malaikat Jibril menjawab “Aku
mengetahui Wahai Rosulullah”. Rosulullah bertanya “Kabarkan berita baik
untukku tentang kemuliaan di sisi Allah ?”. Malaikat Jibril menjawab “Sesungguhnya
pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris menanti kedatangan
ruhmu (jiwa dan rohmu) di langit, pintu-pintu surga telah dibuka, semua
bidadari yang menghiasi surga juga telah menunggu kedatangan ruhmu”.
Rosulullah bertanya “Segala puji hanya bagi Allah, kabarkan berita baik
tentang umatku di hari kiamat ?”. Malaikat Jibril menjawab “Aku membawa
kabar baik, Allah Ta’ala berkata bahwa Aku telah mengharamkan surga kepada para
nabi sampai kamu memasukinya dan Aku mengharamkannya kepada umat-umat terdahulu
sampai umatmu memasukinya !”. Kemudian Rosulullah SAW berkata “Sekarang
hatiku telah tenang dan hilanglah kebutaanku (keraguanku)”.
Kemudian
Rosulullah SAW mengizinkan Malaikat Maut mencabut nyawa beliau. Ketika Ruh
Rosulullah sampai pada pusar, beliau berkata “Wahai Jibril, Apa
perkara yang lebih berat dalam pahitnya kematian ?”. Namun, Malaikat Jibril
memalingkan wajahnya dari Rosulullah karena Malaikat Jibril merasa sedih dan
tidak tega melihat kondisi beliau. Rosulullah pun berkata “Wahai Jibril,
apakah kamu benci melihat wajahku ?”. Malaikat Jibril pun menjawab “Wahai
kekasih Allah, siapa yang tega hatinya untuk memandang wajahmu sedangkan Engkau
dalam keadaan sakarotul maut (sekarat) ?”.
Sahabat
Anas bin Malik berkata : Ketika ruh Rosulullah SAW telah mencapai dada beliau,
beliau berkata “Aku berwasiat kepada kamu sekalian untuk selalu menjaga
sholat”. Rosulullah tiada henti berwasiat pada detik-detik terakhir
hidupnya sampai beliau wafat. Sahabat Ali bin Abi Tholib berkata : Sesungguhnya
Rosulullah dalam akhir nafasnya, beliau menggerakkan bibirnya sebanyak dua
kali. Aku mendekatkan telingaku dan aku mendengar beliau berkata dengan pelan “Ummatii...Ummatii...(Ummatku...Ummatku...)”.
Rosulullah SAW wafat pada Hari Senin tanggal 12 Robiul Awal pada umur 63 tahun.
Diceritakan
bahwa ketika sahabat Ali bin Abi Tholib membaringkan jenazah Rosulullah SAW
pada tempat tidur di kamar beliau untuk memandikannya, tiba-tiba terdengar
suara keras tanpa rupa dari arah dalam rumah “Jangan kamu memandikan
Muhammad karena ia orang yang suci dan disucikan”. Kemudian sahabat Ali bin
Abi Tholib berkata “Siapa kamu ? Sesungguhnya Rosulullah telah memerintahkan
kami untuk itu ?”. Tiba-tiba terdengar suara tanpa rupa yang berbeda “Wahai
Ali, mandikan Muhammad karena sesungguhnya suara yang pertama adalah Iblis yang
dilaknat, ia iri dan dengki kepada Muhammad dan sengaja untuk memasukkannya ke
dalam kubur tanpa dimandikan”. Kemudian sahabat Ali bin Abi Tholib berkata
“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan karena telah memberitahukan kepadaku
bahwa suara tadi adalah Iblis yang dilaknat, lalu siapa kamu ?”. Suara
kedua pun menjawab “Aku adalah (nabi) Khidhir, aku mendatangi jenazah
Muhammad SAW !”. Kemudian sahabat Ali bin Abi Tholib memandikan Rosulullah
SAW sedangkan yang menyiramkan airnya adalah Al-Fadl bin Abbas dan Usamah bin
Zaid.
Mereka
mengkafani dan mengubur Rosulullah SAW di kamar Aisyah (istri Rosulullah) pada
malam Rabu di pertengahan malam, sedangkan Aisyah berdiri di atas kuburan
Rosulullah dengan pemuh kesedihan dan duka ia berkata “Wahai orang yang
tidak pernah memakai sutra (memakai pakaian sutra berarti melambangkan
kekayaan), wahai orang yang tidak pernah tidur di atas tilam yang lembut, wahai
orang yang pergi meninggalkan dunia sedangkan perutnya tak pernah kenyang dari
sepotong roti gandum, wahai orang yang lebih memilih tikar daripada kain sutra,
wahai orang yang tidak pernah tidur sepanjang malam karena takut neraka sa’ir”.
Ya Allah, ampunilah kami yang lebih
memilih dunia-Mu daripada akhirat-Mu, ampunilah kami yang lebih mementingkan
nafsu kami daripada akal kami, ampuni kami yang selalu terlena dan berbuat
salah, ampuni kami atas semuanya...Ya Allah, Wahai Dzat yang luas magfiroh dan
rohmat-Nya.
Kisah ini diambil dari Kitab Durrotun
Nashihin karangan Syekh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khoubawy.
Hal. 57-61.
DOWNLOAD FILE INI :
Post a Comment